Terlupa akan Daratan

Di perantauan...
Aku tak ingin pulang...
Merasa bahwa pulang hanyalah penghabisan lembar demi lembaran hijau yang suka kukumpulkan di ibu kota.

Bila sudah tau kerasnya hidup dalam perantauan, 
sampai pada akhirnya berhasil menghadapi tekanan demi tekanan,
rasanya kampung halaman bukanlah tempat destinasi utama yang akan kukunjungi bila hari libur telah tiba.

Kesombongan perlahan menarik semua sifat baikku, 
Setelah ku bertemu teman-teman yang inginnya memamerkan merk dari berbagai penjuru dunia.

Aku hanya akan lebih senang bila sudah berkeliling dunia dan menetap lama disana... 
Rasanya aku sudah menang dari mereka yang sukanya menghabiskan harta.

Bila sudah terdengar musim liburan oleh orang tuaku, 
Selalu saja mereka tak habisnya menyuruhku untuk pulang dan bertemu dengan mereka.
Lantas aku selalu berfikir, dunia ini sudah maju dan tidak dibuat susah lagi seperti zaman mereka.
Lalu mengapa harus pulang jika kita dapat bertatap muka di layar yang serba canggih?
Agak terdengar kasar namun benar adanya.

Setahun dua tahun rasanya baru sehari dua hari aku merantau pergi meninggalkan kampungku.
Namun berbeda dengan mereka yang menatap halaman rumah seraya bertanya,
Dapatkah aku sekali saja mengetuk pintu rumah untuk berpulang?

Bila ada yang berkata dunia ini kejam...
Mungkin  seharusnya mereka berkata orang-orang sepertikulah yang kejam,
Dan aku memang menyadari itu.
Anehnya aku sudah terbiasa...

Semakin jauh semakin terlupakan,
Semakin kuhapus jejak-jejak berpulang,
Semakin kulupa akan kerinduan.

Aku tetap disini,
Tak tahu sampai kapan ku berencana untuk berpulang...

Comments

Post a Comment