Pesan usang

Rupanya seujung tajaman kertas tak ada beda jauh dengan belati berlumur merah yang sekarang berani kau tancapkan pada tubuhku..
Semakin aku menggertak, semakin kuat rasa sakitnya, dan semakin kuat kau mengulang-ulang tancappannya..
Aku menangis, berteriak namun sejauh ini tiada hasil suara terdengar..

Usai semua pelampiasan kau keluarkan, mulai kau buang bukti-bukti itu dengan senyum puas pertanda kemenangan..
Kini aku tergeletak  dengan lumuran warna merah yang kau ciptakan..

Detik terakhir kali aku mencoba tuk tetap hidup, aku sudah tahu untuk mencoba tidak berteriak..
Aku harusnya tidak menangis karna memang orang-orang itu tiadalah ingin mendengar..
Alangkah indahnya bila sedari awal aku bungkam dan ikut tertawa bersama sang penusuk..
Aku hanya perlu bahagia tertawa walau itu bersama kepedihan..

Menjadi bahagia tidak sungguh benar terasa bahagia..
Semakin memimpikannya seperti tak akan pernah ada pencapaian nya..
Kesuksesan yang diidamkan sewaktu kecil berupa pengharapan yang sangat besar, kini seketika terhapuskan dengan kekejaman manusia-manusia seperti aku..

Pesan usang tak boleh di adu
Bila isiannya bukanlah sebuah benalu

Comments